Sebagai pasangan muda yang memiliki keterbatasan dana, teman saya memutuskan untuk membangun rumah sendiri dan tidak melalui developer. Dan untuk menghemat biaya, dia merencanakan untuk memiliki rumah tumbuh. Walaupun strateginya adalah rumah tumbuh, ternyata membangun rumah awal pun tetap membutuhkan biaya yang sangat tinggi. Hingga akhirnya teman saya memiliki beberapa strategi penghematan dalam membangun rumah.
Penghematan sebenarnya adalah cara untuk melakukan penekanan pada pengeluaran dan ini bisa dilakukan dengan berbagai macam cara. Saya sendiri menyarankan minimal tiga cara sebagai strategi agar biaya yang dikeluarkan bisa dikurangi. Dan cara ini juga bisa dipakai saat membangun rumah.
1. Yang pertama adalah dengan memanfaatkan diskon. Jangan sungkan, segan atau malu untuk memanfaatkan barang diskon. Toh, selama barang yang didiskon tersebut memiliki kualitas yang cukup bagus dan sesuai dengan yang kita butuhkan,why not? Coba deh sekali-kali datang ke hypermarket khusus barang-barang bangunan. Terkadang, diskonnya sangat besar sekali lho. Apalagi harga bahan bangunan saat ini cukup mahal. Diskon yang cuma 10% pun akhirnya akan terasa besar.
2. Yang kedua adalah cerdik memanfaatkan strategi eliminasi dan substitusi. Maksudnya? Tidak semua barang diskon dijual dalam jumlah yang cukup banyak dan sesuai kebutuhan. Kadang ketika kita membutuhkan ubin 10 buah, yang tersedia di toko dengan harga diskon hanya ada 8 buah. Nah, di saat seperti ini jangan keburu menyerah. Kita bisa mengakalinya dengan cara-cara yang kreatif. Misalnya, kita justru bisa membuat corak-corak atau desain dengan menambahkan ubin warna lain yang kebetulan didiskon juga atau harganya cukup miring. Atau kita bisa memadu-madankan dengan desain lain.
Contoh lain dari strategi substitusi eliminasi ini juga bisa diterapkan pada rangka atap rumah. Misalnya kalau biasanya kita menggunakan kayu, kita bisa mulai melirik rangka baja. Atau kita tidak perlu memaksakan diri menggunakan kusen kayu jati baru yang cukup mahal, dan malah memanfaatkan jati bekas rumah tua yang justru lebih kuat namun dengan harga lebih murah. Memang kusen tersebut sudah memiliki ukuran tersendiri, tapi bisa kita akali. Intinya adalah,be creative dengan cara ini.
3. Nah, yang terakhir adalah mengambil harga terbaik dan pas di kantong, tapi bukan berarti selalu mengambil harga yang murah. Kualitas juga tetap perlu diperhatikan. Harga terbaik bisa berarti keseluruhan biaya yang perlu kita keluarkan. Misalnya kebetulan ada kenalan yang memiliki toko bangunan dan bisa memberikan harga yang cukup murah. Tapi setelah dihitung, biaya kirimnya akan menjadi dua kali lipat dan sangat jauh dengan harga dan biaya toko lain dengan kualitas yang sama. Maka saat itu, harga yang terbaik adalah bukan dari toko teman Anda tersebut.
Harga terbaik juga bisa berlaku untuk jasa yang digunakan. Contohnya adalah saat mendesain rumah, kita bisa meminta kenalan yang cukup profesional namun bersedia memberikan ‘harga teman’.
Percaya atau tidak, dengan memadu-madankan ketiga cara ini, kita bisa cukup menghemat biaya. Dan mungkin kita akan cukup kaget ketika menghitung ulang penghematan yang telah dilakukan. Hanya saja, cara-cara ini juga memiliki kelemahan, terutama untuk pribadi yang tidak memiliki cukup banyak waktu untuk berjalan-jalan atau survei. Nah, akhirnya tentu saja semua adalah pilihan. Anda bisa saja menjalankan cara ini sendiri atau meminta bantuan orang lain dengan tambahan biaya untuk jasanya.
sumber : disini
ya,,harus lihat kualitasnya juga kan gan. nanti rumah nya gak ada genteng pantas la murah hehehe... terima kasih gan atas postingannya, salam kenal ya.
BalasHapus